Merayakan Idul Fitri

Nur Faizin

Dosen Departemen Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang (UM)

Pendahuluan

Hari raya Idul Fitri adalah momentum seorang muslim/mah untuk mendapatkan derajat muttaqin, yaitu derajat ketakwaan yang Allah berikan kepada orang-orang yang berhasil melampaui kewajiban berpuasa selama satu bulan dengan segala ibadah wajib dan kesunnatan yang telah dikerjakan di dalamnya. Meskipun demikian, kita tetap perlu meningkatkan atau setidaknya menjaga ketakwaan kita kepada Allah SWT yang kita raih pasca Ramadhan hingga hari-hari kedepan. Karena tidak ada kebahagian maupun
kebanggaan apapun dari seseorang yang tidak mempunyai ketakwaan kepada Allah SWT. Kita telah diperintahkan Allah SWT untuk berpuasa selama bulan Ramadhan. Dan alhamdulillah, kita telah melaksanakan perintah tersebut. Kita telah diperintahkan untuk shalat qiyamul lail  atau Tarawih, alhamdulillah, kita pun juga telah menjalankannya. Alhamdulillah, atas segala pertolongan Allah SWT kepada kita sehingga kita bisa melaksanakan berbagai ibadah yang beragam dan bermacam- macam. Mari kita selalu bersyukur kepada Allah SWT atas semua nikmat itu, karena Allah SWT telah berfirman dalam Qs. Al-Baqarah : 185 :

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya : Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (30 hari) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. 

Kini bulan Ramadhan telah meninggalkan kita. Bulan Ramadhan telah menanamkan berbagai nilai luhur, telah menancapkan beragam akhlak mulia. Selama bulan suci itu kita telah mencicipi manisnya beribadah kepada Allah SWT. Masjid ramai dengan kegiatan ibadah. Al-Quran banyak dibaca oleh ribuan pasang mata, dipikirkan oleh ribuan akal dan otak manusia. Para salafush shalih umat Islam dan pendahulu kita ketika ditinggal pergi bulan Ramadhan mereka bersedih, mereka sungguh merasakan sebuah kehilangan yang besar. Semua keutamaan, beragamibadah shalat, dzikir, dan puasa yang begitu besar pahala-pahalanya tiba-tiba habis begitu saja. Para salafush shalih umat ini, pendahulu kita, meraskan kesedihan yang mendalam karena ditinggalkan bulan Ramadhan. Mereka segera berfikir dan mengharap kapan Ramadhan berikutnya akan datang. Sebuah sikap yang amat tepat dan selaras dengan sabda Rasulullah SAW berikut:

Seandainya hamba-hamba mengetahui apa yang ada di dalam bulam Ramadhan niscaya umatku akan berharap jika bulan Ramadhan ini menjadi bulan dalam seluruh tahun. (HR. Al-Baihaqi)